Tanjung Jaya Kerajaan Yang Terbenam (2)


Dari julukan inilah sebuah kampung yang terletak di seberang Tanjung Barat diberi nama Kampung Kebagusan.

Selama dalam kepemimpinan Ratu Kiranawati dan para pendahulunya, Kerajaan Tanjung Jaya dan kerajaan induknya, Pajajaran dalam keadaan gemah ripah loh jinawi. Hal ini membuat Kesultanan Demak dan Kesultanan Cirebon menjadi iri. Namun, rasa iri ini dipendam saja, mengingat Kesultanan Cirebon memiliki hubungan darah dengan Kerajaan Pajajaran. Karena Raden Walangsungsang putra Prabu Siliwangi dari permaisuri Subang Larang merupakan pendiri Kesultanan Cirebon dan uwak dari Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.

Tetapi, ketika Pajajaran melakukan kerjasama dengan Portugis, Demak dan Cirebon menjadi punya alasan untuk menyerang Pajajaran. Namun yang pertama diserang bukan Kerajaan Pajajaran secara langsung, tetapi Pelabuhan Kalapa yang menjadi urat nadi perekonomian Pajajaran. Serangan pasukan gabungan Demak dan Cirebon yang dikomandani Fatahillah pada 1527 ini berhasil menaklukan Pelabuhan Kalapa. Pasukan Kerajaan Tanjung Jaya dan sebagian prajurit Pajajaran yang bersiaga di Pelabuhan Kalapa tidak mampu menahan gempuran pasukan Demak — Cirebon Mereka terpaksa mengundurkan diri ke ibukota Pakuan Pajajaran.

Usai menaklukkan Kerajaan Tanjung Jaya dan Pelabuhan Kalapa, Fatahillah mengganti nama Pelabuhan Kalapa dengan nama Jayakarta. Dan sebagai penguasa baru di Jayakarta, Sultan Demak mengangkat Fatahillah sebagai adipati pertama.

Kerajaan Tanjung Jaya diperkirakan runtuh bersamaan dengan runtuhnya Pajajaran yang diserang Kesultanan Banten di bawah pimpinan Maulana Yusuf pada 1579. Sisa keratonnya yang terletak di tepi kali kawin Muara kemudian ikut terbenam di lokasi itu.

Menjadi Tempat Mencari Berkah
Ketika menyelusuri lokasi bekas istana Kerajaan Tanjung Jaya di Kampung Muara, Tanjung Barat, Jakarta Selatan, keadaannya tampak tidak terurus. Di tanah yang dulu pernah berdiri istana Tanjung Jaya, tersisa puing-puing sebuah rumah milik almarhum H. Kontong. Namun, menurut Ibu Maulana yang memandu menyelusuri tempat itu, di lokasi terbenamnya istana Tanjung Jaya masih sering didatangi orang yang mencoba ngalap berkah atau mencari pusaka.

"Di sini pada malam Jumat banyak orang yang mandi di tengah Muara untuk meminta berkah," ujar Ibu Maulana kepada Misteri. "Yang datang bukan cuma orang biasa atau ahli kebatinan, tapi juga pejabat yang ingin naik pangkat," lanjut wanita setengah baya yang mengaku pernah didatangi gaib penghuni lokasi itu.

Misteri mencoba untuk mendekati lokasi pertemuan dua sungai yang oleh penduduk setempat disebut kali kawin itu. Aroma mistis langsung menyergap ketika Misteri mencoba mengambil gambar dari tepi sungai yang penuh berlumpur akibat banjir yang melanda Ciliwung dan sungai di sekitarnya. Di seberang sungai yang airnya berwarna coklat tersebut, yang menurut Ibu Maulana termasuk wilayah Cijantung, Jakarta Timur, terdapat sebatang pohon rengas yang cukup besar Pohon rengas adalah pohon yang memiliki getah yang bila terkena kulit akan menyebabkan rasa gatal luar biasa.

Di pohon ini biasanya banyak terdapat makhluk halus yang menghuninya "Yang menghuni pohon rengas itu adalah siluman ular perempuan dan siluman buaya," terang Ibu Maulana seperti bisa membaca pikiran Misteri. "Kalau siluman buaya, penduduk asli di sini nggak takut, karena kata orang-orang tua buaya itu masih leluhur masyarakat asli di sini. Bila ada bencana banjir, buaya itu akan muncul untuk menolong orang yang hanyut atau menahan rumah supaya tidak terbawa banjir." katanya lagi.

Menurut Ibu Maulana, tidak jauh dari pohon rengas, tepat di tengah kali kawin Muara itulah lokasi bekas keraton Tanjung Jaya. Di tengah kali kawin tersebut konon ada lubang yang bila dimasuki akan tembus sampai ke Banten dan Cirebon. Selain lubang tersebut, di bekas keraton Tanjung Jaya ini juga terdapat banyak benda pusaka. Benda-benda itu tentu saja tidak terlihat karena tertutup oleh dinding gaib. Dinding itu sengaja dibuat oleh makhluk halus yang menjaga tempat itu. Untuk mendapatkannya harus dilakukan ritual khusus di waktu yang khusus pula.

"Banyak juga orang yang berburu pusaka di tempat ini. Namun, sedikit sekali yang berhasil mendapatkannya. Selain karena, lokasinya yang cukup sulit, godaannya juga banyak. Jadi banyak yang nggak tahan kalau berburu pusaka di sini," ujar Ibu Maulana.

Beberapa tahun lalu, tutur Ibu Maulana lagi, di lokasi ini tim reality show alam gaib sebuah stasiun televisi swasta mencoba melakukan syuting uji nyali. Mereka datang ke lokasi itu tanpa meminta izin pada penduduk setempat, terutama kepada Ibu Maulana dan suaminya, Bang Mansyur yang dipercaya sebagai penjaga lokasi itu. Ternyata, baru beberapa menit melakukan persiapan, mereka membatalkan syuting di tempat itu. Ketika ditanya oleh Ibu Maulana, mereka mengatakan tidak jadi syuting di tempat itu karena takut.

Memang tempat tersebut cukup tinggi aroma mistisnya. Bahkan meskipun kita berkunjung pada siang hari. Bagi yang tidak terbiasa, mungkin bulu romanya akan segera berdiri ketika baru pertama kali datang. Tapi, seperti dituturkan Ibu Maulana, selama tidak bermaksud jahat atau berbuat yang melanggar adat setempat, tidak akan terjadi apa-apa. Seperti yang dibuktikan Misteri ketika datang berkunjung. Yang penting tahu tata krama dan menjaga adat kesopanan.


Oleh : Asep .R