La Golo (1)


Pada suatu masa, di Dompu. Sumbawa, bermukim pasangan suami istri nan amat kaya raya, tetapi sayang, mereka belum mendapatkan anak. Setiap hari, keduanya hanya berdoa dan meminta agar dikarunia, keturunan. Hingga akhirnya, pada suatu hari, dengan wajah amat ceria dan penuh kemanjaan, sang istri pun berbisik kepada suaminya; "Kakak, rasanya permohonan kita dikabulkan oleh Sang Maha Hidup."

Dengan wajah terkejut seolah tak percaya, sang suami langsung memeluk, istrinya dengan penuh kasih sayang sambil berkata; "Adik, kalau begitu jagalah karunia itu dengan sebaik-baiknya."

Seiring berjalannya waktu, dari hari menjadi minggu dan bulan pun terus berlalu, hingga pada saatnya, dari rahim sang istri lahirlah seorang bayi lelaki yang terlihat sangat sehat dan montok yang diberi nama La Golo.

Karena terlahir dari keluarga yang kaya raya, La Golo pun tumbuh sebagai anak yang sangat malas dan manja. Tiap hari, kerjanya hanya mengganggu bahkan berkelahi dengan teman-teman sepermainannya bahkan sampai melawan kedua orang tuanya.

Keadaan inilah yang membuat pasangan suami sitri menjadi sangat sedih, berharap mendapat anak yang dapat bekerja membantu orang tua juga berbakti pada mereka, nyaris tak terpenuhi. Dengan nada resah, sang suami pun berkata;

"Padahal, aku memberi nama La Golo, agar kelak ia dapat rnenjadi lelaki yang kuat dan mau bekerja keras membuka lahan dengan golo (golok, parang-pen) agar kekayaan kita semakin bertambah."

Sang Istri tidak dapat berbuat apa-apa hanya bisa menangis dan mengangguk dengan lesu, mendengar keluhan sang suami. Dan setelah menimbang-nimbang, akhirnya, pasangan suami Istri itu memutuskan untuk membuang La Golo.

Pada suatu hari, La Golo melihat ibunya di dapur sibuk menyiapkan begitu banyak makanan dan lauk yang serba lezat. Dengan penuh manja ia pun bertanya; "Ibu masak makanan lezat-lezat dan banyak, apakah kita akan mengadakan suatu pesta?"

"Tidak nak, rencananya ayah dan engkau akan berangkat ke hutan untuk mencari kayu bakar. Nanti, sebelum berangkat, engkau santaplah sebagian makanan yang telah ibu masak ini, dan sisanya, buat bekal kalian berada di hutan nanti," jawab sang ibu dengan terbata-bata.

Tanpa banyak Tanya, La Golo pun langsung saja menyantap sebagian makanan itu. Setelah itu, sambil membawa parang, ia pun berangkat bersama ayahnya ke hutan. Singkat kata, tibalah keduanya di hutan yang sangat lebat dan dipenuhi dengan berbagai macam pepohonan yang tumbuh besar.

Ketika tiba di sebuah pohon yang paling besar, ayah La Golo pun berhenti dan berkata; "Inilah pohon yang kita cari nak. Karena besar dan banyak rantingnya, maka, kita cukup hanya menebang satu pohon "wuwu" ini, tetapi engkau tahan batang pohon ini dengan tubuhmu ya,.."

"Baik ayah," sahut La Golo dengan polos. Ketika pohon itu tumbang, La Golo pun mencoba menahan batang pohon yang telah tumbang itu dengan tubuhnya. Tetapi apa daya, karena batang pohon itu terlalu besar, maka La Golo pun tertindih oleh batang pohon itu. Setelah menunggu beberapa saat dan tubuh anaknya tetap tak bergerak, dengan perasaan senang, ayahnya langsung pulang dan menceritakan apa yang terjadi kepada istrinya.

Esoknya, keluarga ini pun menyiapkan doa rowa (doa arwah) atas kematian La Golo dengan menyembelih seekor kambing.. (Bersambung)


Oleh : W. Pramudhita Lanjut Ke Bagian-2