Terjerat Pesugihan Putri Ulat Bulu (2)


Bulu-bulu kasar menutupi hampir sekujur tubuh ulat bulu. Melihat fenomena yang tidak wajar, mencekam, seperti itu, kini Warta tidak lagi punya keinginan untuk melarikan diri dari dalam kamar. Karena rasa takut yang sangat telah membuat tubuh laki-laki itu berubah jadi kaku. Semua sendi di tubuhnya serasa sulit untuk digerakkan. Tubuhnya seperti merekat kuat di atas balai-balai.

Sang ulat bulu pun merayap perlahan menghampiri Warta yang menggulung diri di atas balai-balai. Lalu serta-merta kaki-kaki ulat bulu itu mencengkeram dan menindih tubuh Warta yang nyaris mati karena ketakutan. Akhirnya, Warta pun cuma bisa pasrah. la mengira saat itulah dirinya akan dicabut nyawa oleh ulat bulu berukuran raksasa.

Entah berapa lama si ulat bulu tidak lazim itu "bertengger" di atas tubuh Warta. Lendir berbau wangur dari tubuh ulat bulu tercium menyengat di hidung laki-laki itu. Ia pun kini dalam keadaan setengah semaput alias hampir tidak sadarkan diri karena ketakutan.

Namun lambat laun Warta merasakan ada perubahan yang tidak masuk akal pada ulat bulu. Tubuh ulat bulu yang semula meraksasa secara perlahan-lahan menyusut kecil. Bulu-bulu kasar di tubuhnya satu per satu hilang entah kemana dan sebagai gantinya adalah bulu-bulu lembut laksana bulu kelinci Australia. Bahkan perubahan ulat bulu bukan hanya sampai di situ. Wangi tubuhnya pun kini berubah jadi aroma eksotis yang sangat menggoda selera birahi. Lebih dari itu, dari mulut si ulat bulu kini terdengar dengusan pelan yang terdengar di telinga Warta sangat menantang kelaki-lakiannya.

Warta mencoba memberanikan diri dengan membuka kelopak matanya. Meski dengan tubuh menggulung di atas balai-balai, ia bisa merasakan sentuhan kulit lembut seorang gadis cantik di atas tubuhnya. Benar, kini tubuh ulat bulu telah berubah jadi sesosok perempuan cantik laksana bidadari yang turun dari khayangan. Kaki kasar ulat bulu telah berubah jadi jemari lentik yang menelusuri setiap lekuk tubuh Warta. Rambut wangi perempuan cantik itu menyapu wajah Warta.

"Berikan aku kehangatan, wahai pria jantan," begitu desah si perempuan cantik yang kini memeluk erat tubuh Warta.

Entah berapa lama keduanya bergumul dalam "pertempuran" luar biasa, namun sesungguhnya tidak lazim itu. Dan ketika sang perempuan cantik telah mencapai titik klimaks, Warta merasakan ada sesuatu yang keluar dari bagian bawah perut perempuan yang digumulinya itu. Dari bagian tubuh perempuan itu ternyata keluar buliran-buliran bulat sebesar biji kelereng. Seiring dengan selesainya permainan asmara yang sangat membara, tubuh si perempuan ayu itu pun menggelosor menjauhi balai-balai. Tubuh cantik semampai itu pun pergi ke sudut kamar untuk kemudian secara perlahan berubah kembali menjadi gumpalan asap putih. Sebelum asap itu benar-benar hilang dari redupnya cahaya lampu templok, Warta sempat melihat bagian tubuh si perempuan kembali ke wujud semula. Ya, perempuan itu menghilang dalam bentuk aslinya sebagai ulat bulu.

Cerita pun terus bergulir. Ritual nyeleneh yang dilakukan Warta di rumah Mbah Jenggot secara perlahan namun pasti telah mengubah kehidupan laki-laki itu. ia bersama sang istri untuk beberapa lama hijrah keluar kampung guna menghindari kecurigaan para tetangga. Rumah mereka yang nyaris ambruk sengaja mereka tinggalkan begitu saja. Sandiwara pun semakin dilengkapi oleh kedua pasangan suami istri itu dengan mengunjungi rumah Ketua RT setempat.

"Untuk beberapa lama kami terpaksa harus meninggalkan kampung ini, Pak RT. Kebetulan di luar Jawa ada kerabat jauh yang minta kami bekerja di perusahaan miliknya," kata Warta berpamitan kepada tetua kampung. Ia bersandiwara seolah-olah benar hendak pergi ke luar Jawa untuk bekerja.

"Syukurlah bila demikian adanya, Pak Warta. Saya ikut senang mendengar kalian berdua sudah punya pekerjaan yang pasti," sahut Ketua RT sambil wanti-wanti berpesan agar Warta tetap menjalin komunikasi.

"Terima kasih, Pak RT. Doakan saja kami agar bisa sukses di perantauan nanti." kata Warta dengan penuh takzim.

Warta sesungguhnya tidak perlu lagi harus bekerja keras mencari nafkah. ia tidak perlu lagi bekerja serabutan hanya untuk mendapatkan uang beberapa ribu rupiah. Yang ia kerjakan sekarang cukup hanya menyediakan sebuah kamar kosong, sejumlah umbo rampe, dan sebatang lilin warna merah yang biasa digunakan dalam ritual peribadatan agama tertentu. Tidak perlu harus ada mantera-mantera yang harus ia baca.

Waktu terus bergulir. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Hampir genap setahun Warta telah mengubah rumah kumuhnya menjadi sebuah rumah mewah. Perabot mahal melengkapi rumah Warta sekarang. Kepada tetangga yang dulu mencibir dirinya, ia mengaku kini bekerja di sebuah proyek swasta dengan penghasilan yang lebih dari lumayan. Bahkan bukan hanya itu, Warta juga mengaku dipercaya oleh kerabatnya untuk mengelola sebuah badan usaha yang bergerak di bidang properti dan infrastruktur. Hebatnya lagi, dengan kekayaan harta yang berlimpah Warta maupun istrinya jadi gemar berderma.

Namun demikian para tetangga melihat ada perubahan drastis pada diri Warta. Mereka melihat meski sekarang kehidupan Warta telah jauh berbeda dibanding dulu, namun laki-laki tersebut kini berubah perangai jadi seperti pemurung. Warta yang dulu selalu ceria, kini jadi lebih banyak diam. Bobot tubuhnya pun melorot drastis sehingga membuat Warta kurus dan pucat. Tuti istrinya pun sekarang jarang keluar rumah. Ia lebih banyak mengurung diri di dalam rumah daripada bertandang ke rumah tetangga, seperti yang dulu dilakukannya. Memang Warta sempat mendengar kasak-kusuk tetangga perihal perubahan fisik yang dialaminya. Ia juga mendengar gunjingan mereka soal pesugihan yang dilakukannya. "Suamiku bukannya sombong. Tenaga dan pikiran harus tercurah kepada semua pekerjaan di kantor. Makanya suami aku jadi langsing."

Fisik Warta pun kian ambruk. Hingga pada suatu ketika ia memanggil istrinya.

"Aku sudah tidak sanggup lagi melakukan semua ini," ujar Warta seraya mengeluhkan beberapa sendi tubuhnya yang serasa lepas.

"Kita pergi berobat saja ke dokter ya, Pak? Supaya sakit Bapak bisa sembuh seperti sedia kala," sahut sang istri seperti menyimpan kekhawatiran suaminya akan berhenti melakukan ritual pada malam- malam tertentu.

"Dokter tidak mungkin bisa menyembuhkan penyakitku ini. Satu-satunya orang yang bisa menyembuhkan hanya Mbah Jenggot. Tapi itu tidak mungkin aku lakukan karena beliau sekarang sudah tiada," kata Warta seraya berpikir mencari jalan untuk lolos dari jeratan perempuan siluman putri ulat bulu.

Alhasil, idepun terlintas di benak Warta. Yakni, kamar tempat ritual ia bongkar sedemikian rupa jadi acak-acakan. Di sana tidak lagi dipasangi wewangian parfum jenis tertentu yang disukai oleh "kekasih" gaibnya. Kasur dan tempat tidur pun digantinya dengan ranjang kayu yang sudah usang.

Namun ide Warta yang cemerlang itu rupanya tidak berarti apa-apa. Buktinya pada malam Jumat pekan lalu sang siluman tetap bertandang ke kamar untuk minta dipuaskan syahwatnya.

"Warta, kemarilah," rengek perempuan siluman mencari Warta yang malam itu sengaja memilih tidur bersama istrinya di kamar depan.

"Kamu telah mengkhianati perjanjian Warta," kata siluman ulat bulu geram. Sedetik kemudian tubuh ulat bulu melompat ke depan dan mencekik leher Warta.

Sekujur tubuh laki-laki itu pun dicabik-cabik dengan sengatnya yang mematikan. Nasib serupa dialami istri Warta. Perempuan yang sudah terbius kemewahan duniawi sesaat itu mati dalam kondisi tubuh yang sangat mengenaskan. Teriakan minta tolong hanya berhenti sampai tenggorakan mereka.

Keesokkan harinya seisi kampung pun dibuat geger. Aparat kampung, polisi, dan sejumlah wartawan datang ke rumah Warta yang terletak di ujung desa. Masing-masing mencari tahu penyebab kematian tragis yang dialami oleh pasangan suami istri tersebut. Namun hingga cerita ini ditulis, mereka tidak menemukan pelaku pembunuhan sadis itu.


Oleh : Bagaskara Shanta | Misteri

majalah misteri majalah misteri cerita misteri kisah misteri majalah misteri cerita misteri kisah misteri majalah misteri cerita misteri kisah misteri majalah misteri cerita misteri kisah misteri majalah misteri cerita misteri kisah misteri