ANDY benar-benar terpukul. Betapa tidak, dalam rentang 2009, rumahnya yang terletak di sudut selatan Jakarta telah tiga kali dibobol maling. Pelakunya pasti orang yang sama, demikian bisik hatinya. Ya, sebagai salah seorang pengusaha muda yang sukses, maka Andy dan keluarganya memberikan kepercayaan penuh kepada keluarga Suroto untuk merawat sekaligus menjaga rumah mewahnya itu. Yang paling aneh, Suroto dan keluarganya baru terbangun ketika Andy menanyakan apa yang baru saja terjadi sehingga rumahnya berantakan seperti itu.
"Tahun ini, tiga kali rumah saya disatroni maling. Modusnya pun sama ...," demikian kata Andy kepada beberapa Polisi yang datang. Polisi pun hanya mengangguk sambil terus mencari petunjuk. Setelah meminta agar Tempat Kejadian Perkara untuk sementara jangan diganggu, mereka pun kembali sambil membawa Suroto untuk dimintai keterangan. Dan menjelang pukul 20.00 WIB, Suroto pun kembali dengan muka kusut.
"Bagaimana Cak?" Tanya Andy. "Pak saya cuma bisa minta maaf dan siap nerima salah," sahut Suroto lirih.
Andy hanya terdiam. Walau hatinya panas, tetapi ia tak mungkin menjatuhkan hukuman apalagi mengusir keluarga ini dari rumahnya, kesetiaan keluarga ini sudah benar-benar teruji. Maklum, sudah lebih dari sepuluh tahun mereka ikut bersama dengannya. Boleh dikata, Andy, istri dan Nita anak kesayangan mereka sudah menganggap keluarga Suroto sebagai bagian dari keluarga mereka sendiri.
"Ufh ...," hanya itu yang keluar dari mulut Andy, "Cak karena sudah tiga kali, maka, saya tidak mau terjadi lagi untuk keempat kalinya" "Insya Allah Pak," sahut Suroto dengan wajah penuh penyesalan. "Ya sudah", demikian ujar Andy sambil berlalu menuju ke kamarnya. Suroto pun mengangguk sambil berdiri dan mohon diri dengan suara yang nyaris tak terdengar.
Setibanya di kamar, ia langsung memeluk Neneng, sang istri dan Agus anaknya yang masih Balita dengan penuh perasaan, "Kenapa belakangan ini nasib kita selalu jelek", ujarnya di antara isak tangisnya. "Sabar Cak, kita sedang mendapat ujian dari Allah", sahut sang istri membesarkan hati. "Yang Cacak gak habis pikir, kenapa tiap kejadian mata kita kayaknya lengket ya?" Jawab Suroto sambil balik bertanya. Neneng terperangah! Tak lama kemudian terdengar suaranya penuh keheranan," Ya ya ya kenapa bisa begitu ya Cak? "Wah jangan-jangan kita disirep", jawab Suroto dengan penuh keyakinan. "Aku harus segera pulang kampung", desis Suroto. "Mau ngapain Cak?" Tanya sang istri dengan perasaan khawatir. "Akang mau minta syareat dari Simbah", jawab Saman mantap. "Tapi kalo udah dapet langsung pulang", pinta Neneng manja. Suroto pun kembali merengkuh istri dan anaknya dengan penuh kasih.
Esoknya, dengan perasaan mantap, Suroto pun minta izin dan mengutarakan niatnya pada Andy dan keluarganya yang kala itu sedang sarapan. Andy hanya tersenyum sambil berkata, "Cak zaman sudah berubah, kenapa harus mencari-cari yang seperti itu. Apalagi, sekarang ada Satpam yang menjaga". "Saya masih penasaran. Saya cuma minta ijin dan restu dari Bapak", jawab Saman dengan mantap. "Balklah kalau begitu, salam buat semua keluarga di kampung", kata Andy sambil mengeluarkan beberapa lembar uang dan diserahkannya kepada Suroto. "Berikan kepada Nenek untuk sekadar beli sirih". "Terima kasih Pak", sahut Suroto sambil menerima uang tersebut.
Singkat cerita, setelah menempuh perjalanan hampir empat belas jam, Suroto pun tiba di kampung halamannya di salah kota di bilangan Jawa Timur. Sekali ini ia tak ingin membuang waktu, setelah sejenak beristirahat dan menyerahkan amplop titipan Pak Andy kepada bunda tercinta, ia pun segera menuju ke rumah Mbah Wito, sesepuh yang disegani di desanya. Setelah menceritakan maksud kedatangannya, Suroto bun menceritakan kejadian yang menimpa keluarga Andy. Sambil tersenyum, Mbah Wito pun bangkit dan menuju ke salah satu ruangan yang selalu tertutup di rumahnya yang tak seberapa besar itu. Hampir satu jam Suroto menunggu. Tak lama kemudian terdengar derit daun pintu dan Mbah Wito tampak mendekat sambil membawa empat butir buah pinang.
"Ini buah pinang yang jatuh pada hari Jumat Kliwon. Tanam di empat sudut rumah tuanmu sambil membaca mantra sebagai berikut;
"singa barong kang mbaurekso ana ing lodaya, ingsun njaluk tulung, reksanen pomahanku yan ana kang ganggu gawe sira balekno"
"Biasanya, jika ada orang yang berniat apalagi berbuat tidak baik, maka ia pasti akan melihat seekor macan besar yang mengaum dan siap menerkam. Sekarang, segeralah kembali ke Jakarta, istri dan anakmu menunggu", papar Mbah Wito panjang lebar. Suroto langsung mohon diri dan kembali ke rumah untuk pamit dan langsung pulang ke Jakarta. Setibanya di rumah, ia pun langsung mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Mbah Wito. Dan benar, seminggu kemudian, Satpam yang menjaga rumah Andy minta mengundurkan diri. Pasalnya, ketika akan buang air kecil di balik pepohonan di pojok tembok, ia melihat kelebat seekor harimau yang mengeram. "Saya melihat ada macan ...", ujarnya penuh ketakutan kepada Andy. Dan sejak itu, sampai dengan sekarang, keluarga Andy hidup dengan tenang dan damai.
Oleh : Yans