Tanjung Jaya Kerajaan Yang Terbenam (1)


Kali kawin atau kali beradu merupakan tempat yang dipercaya memiliki kekuatan magis yang dapat mempengaruhi keseimbangan kosmis sehingga seringkali dikeramatkan. Kali kawin adalah pertemuan dua aliran sungai. Istilah kali kawin disesuaikan dengan kelaziman penyebutan penduduk setempat yang mendiami derah sekitar tempat tersebut. Salah satu lokasi kali kawin yang terkenal di Jabodetabek adalah kali kawin Kampung Muara yang merupakan tempat bertemunya aliran sungai Ciliwung dengan Kalimati atau Kali Cijantung.

Menurut Naskah wangsakerta yang ditulis oleh Pangeran Wangsakerta dari Cirebon pada abad ke-17, di Kampung Muara ini pernah berdiri sebuah kerajaan kecil bernama Kerajaan Tanjung Jaya. Kerajaan ini didirikan oleh Wangsatunggal, seorang sepupu Ragamulya Luhur Prabawa raja Kerajaan Pajajaran ke-30. Wangsatunggal mendirikan kerajaan ini pada 1333. Awalnya, Kerajaan Tanjung Jaya merupakan bawahan Kerajaan Sunda-Galuh. Tetapi, ketika Sunda-Galuh dipersatukan dengan Pajajaran, kerajaan ini kemudian menjadi bawahan Kerajaan Pajajaran yang berpusat di Bogor sekarang.

Meskipun hanya sebuah kerajaan kecil, Tanjung Jaya termasuk kerajaan yang ramai. Hal ini disebabkan kerajaan ini ditugaskan oleh Pajajaran untuk mengurus Pelabuhan Kalapa, sebuah pelabuhan terbesar saat itu di Nusantara. Di Pelabuhan Kalapa yang kemudian lebih dikenal dengan nama Pelabuhan Sunda Kelapa, banyak perahu dan kapal dari berbagai negara datang untuk berniaga. Di pelabuhan ini para saudagar dari berbagai negara seperti Cina, India, Arab, dan lain-lain membeli rempah-rempah yang dihasilkan dari berbagai wilayah di Nusantara. Sebaliknya, mereka menjual berbagai barang seperti kain, porselen, dan barang pecah belah dari negeri mereka.

Dalam naskah Wangsakerta dijelaskan bahwa istana Kerajaan Tanjung Jaya berdiri di atas areal tanah seluas 800 meter persegi. Istana tersebut menghadap ke arah utara. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya lubang sumur berdiameter 35 cm, yang kemudian disebut lubang buaya serta sebuah kulem atau kolam.

Menjadi ciri khas istana-istana di wilayah Pulau Jawa sebelah Barat adanya sumur tua di depan istana. Bahkan di bagian depan istana Pajajaran (Lawang Gintung) terdapat tujuh buah sumur. Sumur dan kulem berfungsi untuk tempat membersihkan diri sang hulun (rakyat) yang akan menghadap raja.

Membersihkan diri dimulai dengan mengguyur wajah, sebagian air itu dipakai berkumur. Setelah membersihkan wajah dan berkumur, dilanjutkan dengan menyiram kepala, dan terakhir mencuci kaki. Mirip dengan cara berwudhu. Setelah membersihkan diri sang hulun menunggu di ruang tunggu yang bernama amben, sebelum akhirnya diterima oleh raja atau ratu di paseban. Hubungan rakyat dengan penguasa di Kerajaan Tanjung Jaya berjalan dengan baik. Tidak heran kerajaan ini dapat berdiri hingga selama hampir 2,5 abad. Selama kurun waktu tersebut, setelah Wangsatunggal, kerajaan ini berturut-turut dipimpin oleh Ratu Munding Kawati, Raja Mental Buana, Raja Banyak Citra, Raja Cakralarang, dan terakhir Ratu Kiranawati.

Ratu Kiranawati yang merupakan putri Raja Cakralarang menikah dengan salah seorang putra Prabu Siliwangi yaitu Surawisesa. Surawisesa kelak menjadi penerus tahta Prabu Siliwangi. Surawisesa inilah yang membuat prasasti Batutulis, sebagai kenang-kenangan dan penghormatan kepada ayahnya, Prabu Siliwangi.

Ratu Kiranawati merupakan ratu terakhir kerajaan ini. Pada masa ini agama Islam telah mulai dikenal di Kerajaan Pajajaran dan syiarnya sampai pula ke Kerajaan Tanjung Jaya, sehingga Ratu Kirawanati pun menganut agama Islam. Menurut cerita rakyat, bila hendak bepergian ke mana pun, Ratu Kiranawati selalu diiringi dengan kumandang azan sebelum dia menaiki kereta kudanya. Berdasarkan penuturan beberapa orang penduduk, sampai dengan awal tahun 1990- an di malam-malam tertentu masih sering terdengar bunyi kereta kuda yang berasal dari lokasi ini.

Ratu Kiranawati juga terkenal dengan kecantikan wajahnya, sehingga oleh rakyatnya dijuluki dengan julukan Ratu Kebagusan. Dari julukan inilah sebuah.. (Bersambung)


Oleh : Asep .R
Lanjut Ke Bagian-2